Pencatatan nasab ini secara sistematis
dimulai pada zaman Al-Imam Al-Qutb Umar Al-Muhdhar Al-Akbar bin Al-Imam Al-Qutb As-Syech Abdurrahman Asseggaff
wafat di Tarim 833 H. Beliau mendirikan satu lembaga yang bernama “NAQOBATUL ASYROF”.
Disamping lembaga ini mulai mencatat nasab keluarga Alawiyin juga berfungsi sebagai lembaga penjaga harkat dan martabat keluarga besar Alawiyin. Setelah wafatnya Al Imam Al Qutb Umar Al Muhdhar maka pencatat ini diteruskan oleh keponakannya yaitu Al Imam Al Qutb As Syech Ali bin Abubakar Assakran, catatan silsilah ini termaktub dalam kitabnya
Al Jawahir As Saniah Fi Nisbah Al Itrati Al Husainiyah.
Beliau wafat pada tahun 895 H.
Selanjutnya pencatatan nasab ini berlanjut terus dari masa ke masa hingga pada masa Al Allamah Shohibul Fatwa An Nasabah Mufti Hadramaut yakni Al Habib Abdurrahman bin Muhammad bin Husin Al Masyhur Syihabuddin membuat kitab nasab bertajuk “Syamsu Azh-Zhahirah” yang terdiri dari 7 juz yang tersusun rapi dan ditulis oleh Syech Salman bin Said Baghaust.
Kitab ini membahas secara rinci mengenai silsilah Alawiyin dari mulai tahun 318 H hingga 1307 H.
Al Habib Abdurrahman bin Muhammad bin Husin Al Masyhur Syihabuddin wafat pada malam Sabtu 17 Shafar 1320 H / 25 Mei 1902 M. Penulisan kitab ini secara rapi baru selesai pada tahun 1340 H - 1341 H.
Setelah beliau wafat maka diteruskan oleh putranya Al Habib Ali bin Abdurrahman bin Muhammad Al Masyhur lahir di Tarim 1274 H dan wafat 9 Syawal 1344 H.
Dengan berpijak kepada buku “Syamsu Azh-Zhahirah” ini maka An-Nasabah Al Walid Al Habib Ali bin Ja’far bin Syech Al Fargas Al Ahmad Maulamaryamah Asseggaff melanjutkan pencatatan nasab ini hingga pada generasi beliau. Beliau lahir di Palembang Sumatera Selatan 1307 H / 1889 M dan wafat di Jakarta pada tahun 1384 H / 1964 M. Al Habib Ali bin Ja’far bin Syech Assegaf atas bantuan dari Al Habib Syech bin Ahmad bin Muhamad bin Umar bin Shihabuddin melaksanakan Sensus Alawiyin dan selesai pada tanggal 18 Dzulhijjah 1358 H / 28 Januari 1940 M. Jumlah yang tercatat saat itu adalah 17.764 Orang. Selanjutnya hasil sensus yang dilakukan per-daerah yang memuat secara rinci data-data Alawiyin baik itu daerah, tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, statusnya, Umurnya, kemampuan bahasa Arab, Indonesia atau Belanda, dihimpun dalam satu buku yang menyajikan data tersebut secara tertib dan terperinci. Selanjutnya Buku ini dinamakan Buku Rekap Sensus Alawiyin.
Dari hasil sensus ini oleh An Nasabah Al Walid Al Habib Ali bin Ja’far bin Syech Al Fargas Al Ahmad Maulamaryamah Asseggaff dihimpun dalam buku nasab sebanyak 7 Juz / jilid. Buku ini memuat dengan rinci semua alawiyin diberbagai Negara yakni Indonesia, Semenanjung Melayu, Singapora, Yaman Selatan dan Utara, Afrika dan lain lain. Buku Al Habib Ali bin Ja’far ini sempat ditulis ulang di Singapora, sama persis dengan yang asli hanya saja berbeda style tulisannya. Selanjutnya pada tahun 1954 hingga 1960 buku 7 jilid ini di kembangkan menjadi 16 Jilid / juz dan dibuat 4 rangkap yakni satu rangkap buat di Jakarta, satu buat Pekalongan, satu buat Surabaya dan satu buat Palembang. Buku ini dinamakan buku Induk Syajarah Nasab Alawiyin yang saat ini dijadikan sebagai buku rujukan dalam pencatatan nasab Alawiyin.
Dalam masa yang sama juga ada seorang Al Allamah seorang sastrawan, organisatoris juga seorang ahli nasab yakni Al Walid Ahmad bin Abdullah bin Muchsin Asshofie Asseggaff, lahir di Syihr 1299H/1882 M dan wafat di laut dalam perjalanan pulang ke Sewon Hadramaut dari Indonesia pada Sabtu 22 Jumadil Awwal 1369 H/11 Maret 1950M. Al Walid Ahmad bin Abdullah bin Muchsin Asshofie Asseggaff ini mempelajari kitab Asy-Syamsu Azh-Zhahirah secara teliti dan seksama. Dari kajian ini selanjutnya beliau membuat keterangan tambahan, penertiban secara sistimatis, pemakaian gaya bahasa yang mudah dipahami dan menambahkan beberapa orang terkemuka serta para ulama yang hidup sekitar tahun 1307-1365 H yang belum disebutkan dalam kitab tersebut. Kitab yang beliau tulis ini dinamakan ”Khidmatul Asyirah” sebagai ringkasan dari kitab “Asy-Syamsu Azh-Zhahirah” untuk mempermudah kita mempelajari ilmu nasab, kitab ini dijadikan sebagai buku yang utama sebagai rujukan. Saat menulis kitab ini beliau menghitung seluruh silsilah dan terdapat lebih dari 300 gabilah besar. Dalam kesempatan ini akan kami sampaikan 149 saja tanpa menyebutkan keturunan dari keluarga Al Hasani.
Setelah wafat An Nasabah Al Walid Al Habib Ali bin Ja’far bin Syech Al Fargas Al Ahmad Maulamaryamah Asseggaff ada beberapa ahli silsilah yang meneruskan beliau yaitu Al Habib Jaddina Isa bin Muhammad bin Syech Qatmyr Al Kaff yang wafat di Palembang 1994 M dalam waktu bersamaan di Jakarta ada seorang ahli nasab dan beliau beberapa kali mengadakan kunjungan ke Malaysia beliau adalah Al Am Al Habib Muhammad bin Alwi bin Hud Al Athas lahir di Teluk Subik Mandar Makasar Sulawesi 14 Mei 1934 M dan tanggal 6 Pebruari 1995 M beliau meninggalkan dunia dan dikuburkan di Makam Al Habib Ahmad bin Alwi Al Umar AlHaddad (Habib Kuncung, dibelakang Kali bata Mall Jakarta Selatan). Di Tanah Melayu kita mencatat adanya Al Am Ibrahim bin Muhammad Al Kaff wafat di Johor, beliau banyak mencatat dan merapikan nasab Alawiyin yang ada di Tanah Melayu.
Demikianlah sekilas sejarah nasab ini bertautan hingga saat ini dan tetap terjaga selama-lamanya.
posting populer
-
Rasulullah saw dalam pidatonya berkata: 'Wahai manusia, ingatlah, sesunguhnya Tuhanmu adalah satu, dan ayahmupun satu (Adam). Orang Ar...
-
menikah dg istri kedua sah hukumnya tanpa meminta izin kepada istri pertama. Sebagaimana seorang lelaki tak wajib meminta izin ayah ibunya ...
-
Ilmu Nasab atau Ilmu Silsilah adalah ilmu yang membahas garis keturunan/susun galur /asal usul seseorang baik keturunan Bangsawan ,Ratu ,Ra...